Dongeng Tentang Indonesia

semua orang tahu bahwa sejarah adalah kisah mengenai orang-orang yang menang. bagaimana jika seandainya Sekutu tak penah mengebom Nagasaki dan Hiroshima?dongeng ini akan berkisah mengenai sebuah kerajaan agung bernama DAI-NIPPON 

“Hayatte, cepatlah!! kita tak ingin terlambat menghadiri peringatan Persemakmuran Dai Nippon tahun ini. katanya kaisar sendiri yang akan membukanya.” Kakakku Risa menarik-narik tanganku dengan kasar.
“Biarkan saja tua renta itu membuka upacara bodohnya. lagipula aku sudah bosan membungkuk dan melihat fotonya setiap pagi.” Ujarku ketus namun toh tetap saja aku ikut berlari mengikuti Kakak.
Kak Risa berhenti. memelototiku. “Jangan sampai ada yang dengar kalimat itu meluncur dari mulutmu!”
“Memangnya kenapa?” Aku balas melotot. “Katanya persemakmuran?! tapi Kakak lihat sendiri, bukan KITA yang makmur, tapi MEREKA! kita ini hanyalah sapi perah!”
“Sapi yang dijaga dan dipelihara. kita tak pernah kekurangan apapun. Negeri Induk memberi segala yang kita butuhkan. sandang, pangan, papan, keamanan. Semua…”
“Ya, kebutuhan kita dipenuhi. tapi tak satu pun Kehendak Bebas yang bisa kita miliki!”
dia menghela napas berat. Shinkansen lewat tanpa suara. tentunya sedang mengantar para pemudik menuju timur. Kak Risa menatapku seakan aku ini bocah yang belum mengerti tentang kehidupan.
“Apalagi pilihan yang kita miliki? kamu ingin negeri kita, Indonesia ini seperti Amerika atau Inggris? negeri yang terbelakang, dengan korupsi dan kekacauan pengelolaan negara?”
Aku menunduk, sadar bahwa perkataannya benar. dari pelajaran sejarah yang kuterima, 67 tahun lalu negeri-negeri tersebut dilumat Jepang. dipastikan bahwa mereka takkan pernah bisa maju dan menyaingi Persemakmuran kami.untungnya Pemangku Negeri pertama kami, Sukarno, bijak memilih untuk menerima kebaikan hati Jepang menjadikan Indonesia sebagai anggota Persemakmuran.
Kami melanjutkan berlari menuju alun-alun tempat Upacara Peringatan Persemakmuran dilaksanakan. Upacara 17 Agustus kali ini sedikit istimewa karena Kaisar sendiri berkenan datang jauh-jauh dari Negeri Induk. selama tujuh belas tahun aku hidup mungkin inilah kali pertama aku akan melihat dirinya secara langsung. tidak seperti tahun-tahun sebelumnya hanya dari layar raksasa dimana beliau mengucapkan selamat dalam Nihongo, bahasa yang wajib kami kuasai diatas bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.
Lapangan IKADA sudah penuh dengan orang-orang dari seluruh penjuru Indonesia. aku menajamkan pandangan menuju panggung di ujung lapangan. Kaisar belum datang. Hanya Pemangku Negeri, SBY, yang kelihatan. aku berbaris sesuai kelompok usiaku.
seperti biasa, pukul 09.55 kaisar muncul (biasanya muncul di layar). kami semua membungkuk tanda hormat. Iseng aku memandang sekeliling. kulihat penghormatan SBY terlalu berlebihan.
“TERIMA KASIH RAKYATKU (sapi perahku, aku mengoreksi dalam hati). KESETAIAAN KALIAN AKAN KAMI BALAS DENGAN KEMAKMURAN!!” Seru Kaisar melalui pengeras suara.
Pukul 10 tepat, pasukan pengibar bendera mulai melangsungkan prosesi. Bendera Nipponmaru dikerek naik menuju puncak tiang utama. lagu kebangsaan Negeri Induk dikumandangkan dengan suara yang membahana.
setelah bendera utama bertengger di puncak. barulah Merah Putih dikerek oleh seorang tua yang terlihat ogah-ogahan menuju puncak tiang kedua yang tingginya hanya setengah tiang utama. diiringi lagu Indonesia Raya yang tak kalah sumbang.

…..bangunlah jiwanya
bangunlah badannya
untuk indonesia raya
indonesia raya
jayalah jayalah
…..
Merah Putih berkibar gagah meski kalah tinggi dengan bendera penjajah. aku merasa ini sesuatu yang salah. sangat-sangat salah….

Tulisanku untuk Negeriku yang (untungnya) telah merdeka. Dirgahayu Indonesia!!! (dan bersyukurlah bahwa Nagasaki dan Hiroshima di bom)

Bandung, 17082012

Diterbitkan oleh kabutpikir

merasa dirinya sebagai pengajar. dorongan hatinya berjuang untuk jadi penulis. takdir memaksanya jadi ilmuwan.... setitik debu di alam semesta maha luas... BETA

6 tanggapan untuk “Dongeng Tentang Indonesia

Apa Pendapatmu?